Dengan mendengar, kita belajar

Ada pepatah: Kita harus lebih banyak mendengar daripada bicara. Itu mengapa kita punya satu mulut dan dua telinga.

Ketika kita bercakap-cakap dengan orang lain, kita harus berada pada kekinian, ada pada saat atau momen ketika percakapan terjadi. Kita harus berkonsentrasi selama percapan, bila memungkinkan, detik demi detik. Kalau kita tak perhatian, acuh, mendengar sekadarnya, bahkan sering menginterupsi, kita bisa saja kehilangan isyarat atau gagasan penting dari lawan bicara kita.

Selain kita harus memperhatikan apa yang dikatakan lawan bicara kita, kita juga perlu memperhatikan bahasa tubuh, mimik wajah, nada suara, atau sikapnya karena itu semua adalah bagian dari pesan si komunikator.

Untuk memiliki keterampilan mendengar yang baik diperlukan latihan. Misalnya, setelah percakapan, coba catat seberapa banyak yang kita ingat. Atau, cobalah menceritakan kembali isi percakapan yang telah Anda lakukan.

Kita hanya dapat belajar dengan sungguh-sungguh bukan dengan bicara tanpa henti, tapi dengan mendengarkan secara terus-menerus.