Informasi tentang konten VIK Kompas #1

Pada post kali ini, saya mencoba mengumpulkan semua judul konten atau artikel yang disajikan pada situs VIK milik Kompas. Saya berencana akan membagi kumpulan judul (juga sedikit kutipan dari setiap konten) dalam beberapa post.

Ini saya lakukan karena pertama saya tertarik dengan format VIK. Kedua, untuk memudahkan saya ketika ingin mencari dan membaca konten tertentu dari VIK.

Sekilas tentang VIK

Kompas sebagai salah satu media berita di Indonesia hadir dalam tiga entitas. Yang pertama, surat kabar cetak, yaitu Harian Kompas. Kedua, media berita online, yaitu Kompas.com. Ketiga, media elektronik dalam hal ini televisi, yaitu Kompas TV.

Tapi tak berhenti di situ, Kompas mencari bentuk baru jurnalisme di era digital dengan membuat sebuah bentuk baru situs yang kontennya berusaha menggabungkan bukan hanya teks dan foto, tetapi juga grafis, video, atau gabungan dari semuanya.

Bentuk baru berupa situs ini dapat dikatakan merupakan perwujudan dari visi pendiri Kompas, Jakob Oetama, yang menyadari bahwa informasi tidak lagi diperoleh hanya dalam wahana kertas, tapi juga melalui medium-medium baru digital.

Wisnu Nugroho menulis bahwa situs ini adalah inisial untuk Taufik Mihardja (1962-2014). Ia adalah satu-satunya wartawan Kompas yang secara paripurna melintasi tiga platform media yaitu cetak, digital, dan televisi.

Situs ini, atau yang disebut Wisnu sebagai "rumah" untuk upaya jurnalistik mencari kedalaman, arti, dan perspektif, diberi nama VIK. VIK adalah singkatan dari Visual Interaktif Kompas.

Berikut judul-judul konten yang ada pada situs VIK Kompas:

Konten 1. “Revolusi Mental” ala Korea.

“Lompatan seperti apa yang mereka jalani selama tiga dekade terakhir sampai memunculkan rupa Korea dan capaian teknologinya seperti terlihat pada hari ini? "Revolusi mental" macam apa yang sudah menempa rakyat Korea?”

“Dari zaman ke zaman, Korea terus bermetamorfosis hingga negara ini dijuluki sebagai Negeri Mustahil. Sebutan itu dikemukakan Daniel Tudor, koresponden majalah The Economist di Korea Selatan, dalam bukunya yang berjudul “The Impossible Country” (2012). Dalam buku tersebut Korea Selatan dikisahkan sebagai negeri yang tadinya dibelit kemiskinan dan diduduki oleh kekuasaan tangan diktator kini menjelma menjadi negeri modern, demokratis, makmur, dan penuh semangat.”

Konten 2. Berebut Roh Soekarno.

“Marilah berhenti sejenak dari hiruk pikuk kampanye hitam dan kampanye negatif yang riuh membombardir ruang-ruang kehidupan kita, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Marilah diam sejenak memikirkan satu hal yang paling substansial tentang masa depan bangsa ini, berpikir tentang Indonesia kita, tempat kita hidup merajut cita-cita tentang kehidupan kebangsaan yang adil dan berperikemanusiaan.

Indonesia seperti apakah yang kita perjuangkan?”

Konten 3. Dua Abad Tambora.

“Seperti namanya, Doro Api To’i adalah anak Tambora yang muncul setelah letusan hebat dua abad lalu. ”Sekitar pukul 19.00 pada 10 April (1815), tiga kolom raksasa muncul dari puncak Gunung Tambora. Setelah mencapai titik tertinggi, ketiga kolom itu bergabung, membentuk sesuatu yang mengerikan. Segera saja tubuh gunung di dekat Saugur (Sanggar) berubah jadi cairan api yang terlontar ke berbagai jurusan,” kisah Raja Sanggar, seperti dicatat Letnan Owen Philips, utusan Thomas Raffles, Letnan Gubernur Jawa, yang saat itu menguasai wilayah Hindia Belanda.”

“Inilah letusan gunung api terhebat di Bumi yang pernah tercatat manusia modern. Letusan itu memangkas ketinggian Tambora dari 4.200 meter dari permukaan laut (mdpl) menjadi hanya 2.700 mdpl. Tak hanya itu, letusannya juga memuntahkan isi gunung sehingga mencipta kawah sedalam 1.100 meter dengan diameter hingga 6,2 kilometer.”


Konten 4. Saya Positif.

“Ketakutan akan penganiayaan, pelecehan dan dikucilkan dari anggota keluarga dan lingkungan merupakan beberapa alasan mengapa mereka merahasiakan dan menyangkal status HIV mereka dibandingkan mencari pengobatan. Selain itu, adanya stigma internal seolah menimbulkan perasaan malu, bersalah, penolakan, dan keputusasaan yang pada akhirnya meremehkan peran sosial mereka dan rasa memiliki yang ada di tengah masyarakat. Pada akhirnya, penderitaan dan kematian seolah tak bisa dihindari. Anggapan akan penderitaan dan kematian begitu melekat dan memperkuat stigma serta diskriminasi.”

Konten 5. Top 5 Stories.

1. Politik dan Pemerintahan.
2. Ahok dan DPRD.
3. Kriminal.
4. Medsos, Kisah Cinta, Hingga Kepala Daerah.
5. Don’t Miss It.

Konten 6. Pers Dan Keanekaragaman Indonesia.

“Menyambut Hari Pers Nasional (HPN) yang diperingati setiap tanggal 9 Februari, Kelompok Kompas Gramedia (KKG) mengadakan serangkaian aktivitas edukatif dan menarik berupa pameran yang disertai dengan pelatihan ringan untuk mahasiswa dan para guru di Mataram, Lombok, mengenai dunia Jurnalistik.”

Kunjungi situs VIK milik Kompas.

Saya akan melanjutkan pengumpulan judul-judul VIK pada post berikutnya.