Google dan data

Tulisan ini merupakan kurasi dari pencarian saya menggunakan search engine Google.

Saya melakukan aktivitas pencarian ini pada tanggal 6 Juli 2020.

Saya menghimpun informasi di luar website dan blog milik Google. Yang saya himpun adalah artikel atau post berdasar sebuah kata kunci.

Kata kunci yang saya gunakan adalah: google and data.

Berikut ini informasi yang saya peroleh:

Pertama. Dale Smith menulis:

Google mungkin mengumpulkan banyak data pribadi tentang penggunanya tanpa Anda sadari. Google mencatat setiap pencarian yang Anda lakukan dan setiap video YouTube yang Anda tonton. Google Maps mencatat ke mana pun Anda pergi, rute yang Anda gunakan untuk sampai di sana dan berapa lama Anda tinggal.

Google mengakui dapat melacak lokasi fisik Anda, bahkan jika Anda mematikan layanan lokasi, menggunakan informasi yang dikumpulkan dari Wi-Fi dan sinyal nirkabel lain yang berada di dekat ponsel Anda.

Sumber; CNET: Google collects a frightening amount of data about you. You can find and delete it now.

Kedua. Hannah Ritchie menulis:

Untuk mengatasi pandemi virus corona, negara-negara di seluruh dunia telah menerapkan serangkaian kebijakan ketat, termasuk ‘lockdowns’ dengan tinggal di rumah; penutupan sekolah dan tempat kerja; pembatalan acara dan pertemuan publik; dan pembatasan transportasi umum.

Langkah-langkah ini diterapkan untuk memperlambat penyebaran virus melalui penegakkan kebijakan menjaga jarak fisik antarmanusia. Seberapa efektifkah kebijakan? Apa dampaknya terhadap kehidupan dan cara orang di seluruh dunia bekerja?

Anda dapat memperoleh beberapa wawasan mengenai hal ini dari data yang disajikan Google dalam COVID-19 Community Mobile Reports. Menggunakan data anonim yang disediakan oleh aplikasi seperti Google Maps, Google mampu menghasilkan koleksi data (dataset) yang diperbarui secara teratur yang menunjukkan bagaimana berubahnya gerakan manusia selama pandemi terjadi.

Koleksi data (dataset) baru dari Google ini mengukur jumlah pengunjung ke kategori lokasi tertentu (misalnya: toko bahan makanan; taman; stasiun kereta api) setiap hari dan membandingkan perubahan secara relatif ini dengan hari-hari awal sebelum wabah pandemi terjadi.

Sumber; Our World in Data: Google Mobility Trends: How has the pandemic changed the movement of people around the world?

Ketiga. Bennett Cyphers menulis:

Meskipun perusahaan teknologi besar seperti Google tetap menjaga nyala lampunya melalui cara memanen dan memonetisasi data pribadi Anda, mereka dapat dengan cepat menyangkal skenario sulitnya dalam menukar hard drive yang penuh dengan data Anda dengan koper yang berisi penuh uang. Hukum California saat ini telah memberi mereka alasan lain bagi mereka untuk menyangkal dan membelokkan.

The California Consumer Privacy Act (CCPA) mulai berlaku pada 1 Januari 2020. Salah satu dampak terbesar dari aturan hukum ini adalah mengatur penjualan data: berdasarkan aturan hukum, setiap pertukaran informasi pribadi untuk "pertimbangan yang bernilai" adalah, dengan beberapa pengecualian, sebuah "penjualan." Perusahaan mana pun yang menjual data harus memberi penggunanya kesempatan untuk memilih keluar (opt out) dari penjualan tersebut, dan memfasilitasi penggunanya untuk keluar (opt out) dengan menempatkan "do not sell my data button" pada website perusahaan.

CCPA memberi warga California hak afirmatif untuk mengontrol bagaimana data pribadi mereka digunakan. Aturan hukum CCPA ini tidaklah cukup untuk memperbaiki masalah berkaitan penggunaan data pribadi oleh suatu perusahaan teknologi, tetapi merupakan langkah awal yang baik menuju reformasi privasi.

Diperlukan adanya aturan hukum yang lebih komprehensif yang memperlakukan privasi sebagai standar dan bukan pilihan. Tidak masuk akal untuk mengharapkan para pengguna memberitahu satu per satu setiap perusahaan dalam ekosistem teknologi yang luas bahwa mereka menginginkan privasi mereka. Perlu ada standar untuk pengumpulan data, penggunaan data, dan berbagi data.

Sumber; The Electronic Frontier Foundation (EFF): Google Says It Doesn’t 'Sell' Your Data. Here’s How the Company Shares, Monetizes, and Exploits It.

Keempat. Lily Hay Newman menulis:

Google telah dikritik karena mengumpulkan dan menyimpan data yang bahkan tidak disadari oleh penggunanya. Setahun yang lalu, Google menambahkan kontrol penghapusan otomatis (auto-delete controls) yang memungkinkan Anda mengatur akun Google Anda untuk menghapus riwayat —seperti aktivitas web dan app dan lokasi— setiap 3 bulan atau 18 bulan.

Pengumuman Google pada hari Rabu membalik kebijakan tersebut. Akun Google yang baru dibentuk akan secara otomatis menghapus aktivitas dan lokasi setiap 18 bulan secara default. Riwayat YouTube akan dihapus setiap 36 bulan. Namun, akun yang sudah lama aktif perlu mengaktifkan fitur ini secara proaktif karena Google tidak ingin memaksakan perubahan pada pengguna. Google sebenarnya ingin mempertahankan rekaman sejarah dari aktivitas para penggunanya.

Dari perspektif Google, idenya adalah untuk memberi para pengguna kenyamanan dan manfaat dari hal-hal seperti rekomendasi yang berasal dari mempertahankan sejarah 18 bulan, sambil menghilangkan penyimpanan yang tak terbatas. Tetapi meskipun para pengguna dapat memilih untuk drop-down dari default 18 bulan ke 3 bulan auto-delete, masih belum ada pilihan untuk menghapus data secara otomatis pada skala waktu yang lebih kecil, seperti seminggu sekali. Fitur hapus otomatis tersebut juga tak berlaku untuk layanan yang secara eksplisit dimaksudkan untuk penyimpanan data jangka panjang, seperti Gmail, Google Drive, dan Photos.

Sumber; Wired: Google Will Delete Your Data by Default—in 18 Months.

Quote about data: "You can have data without information, but you cannot have information without data." *Daniel Keys Moran