Pusat data nasional

Negara Indonesia diperkirakan memiliki lebih dari 170 juta pengguna internet, sementara data penduduk Indonesia pada tahun 2020 diproyeksikan berjumlah 271.066.000 jiwa. Bila melihat kedua data itu maka pembuatan pusat data nasional menjadi penting. Pusat data nasional ini nantinya melibatkan pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, pengelolaan, dan distribusi aplikasi serta data yang penting, misalnya data kependudukan yang saya sebutkan di atas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sok CHUOB, Manish Pokharel, dan Jong Sou Park menyatakan bahwa untuk membuat suatu pusat data nasional paling tidak ada tiga kategori biaya yang menyertainya, yaitu:

Biaya pengembangan. Ini adalah biaya yang mengharuskan pembuatan rencana induk, membangun infrastruktur, membeli perangkat keras dan perangkat lunak, membuat basis data, membangun mekanisme keamanan, dan lain-lain.

Biaya pengoperasian. Ini adalah biaya pengoperasian sistem. Ini termasuk biaya ht untuk listrik, sistem pendingin, mempekerjakan tenaga sepanjang waktu, membayar lisensi perangkat lunak, biaya jaringan dan lain-lain.

Biaya pemeliharaan. Ini adalah biaya pemeliharaan sistem. Perangkat lunak harus dimodifikasi, diperbarui, dan sering diubah. Perangkat keras harus diganti, konfigurasi harus diubah. Biaya yang diperlukan dalam kegiatan ini termasuk dalam biaya pemeliharaan. Umumnya, biaya perawatan lebih besar daripada biaya pengembangan.