Otak kita menjadi lebih aktif ketika kita mendengarkan cerita. Mengapa demikian?
Dalam artikel yang ditulisnya, Leo Widrich memberi jawaban, yakni sebuah cerita, jika dibuat menjadi bentuk yang paling sederhana adalah koneksi sebab dan akibat. Dan seperti itulah cara manusia berpikir. Manusia berpikir dalam narasi sepanjang hari, membuat cerita-cerita pendek dalam kepalanya menngenai setiap tindakan dan percakapan.
Setiap kali kita mendengar cerita, kita menghubungkannya dengan salah satu pengalaman yang kita miliki.
Cerita tak pernah bisa berdiri sendiri. Ia butuh pendengar, pembaca, penonton, audiens. Manusia yang bertemu dengan cerita secara bersama-sama seringkali membangun ulang makna yang terkandung dalam cerita.
Cerita bukan hanya cara manusia meneruskan atau berbagi pesan tentang aktivitas, peristiwa, nilai, kepercayaan, atau tindakan. Tapi dalam cerita juga ada pengetahuan tentang kebijaksanaan, perubahan, misteri, rahasia, juga hal-hal yang kadang tak selesai. Semua yang dapat membantu kita belajar menjadi lebih baik.
Dalam artikel yang ditulisnya, Leo Widrich memberi jawaban, yakni sebuah cerita, jika dibuat menjadi bentuk yang paling sederhana adalah koneksi sebab dan akibat. Dan seperti itulah cara manusia berpikir. Manusia berpikir dalam narasi sepanjang hari, membuat cerita-cerita pendek dalam kepalanya menngenai setiap tindakan dan percakapan.
Setiap kali kita mendengar cerita, kita menghubungkannya dengan salah satu pengalaman yang kita miliki.
Cerita tak pernah bisa berdiri sendiri. Ia butuh pendengar, pembaca, penonton, audiens. Manusia yang bertemu dengan cerita secara bersama-sama seringkali membangun ulang makna yang terkandung dalam cerita.
Cerita bukan hanya cara manusia meneruskan atau berbagi pesan tentang aktivitas, peristiwa, nilai, kepercayaan, atau tindakan. Tapi dalam cerita juga ada pengetahuan tentang kebijaksanaan, perubahan, misteri, rahasia, juga hal-hal yang kadang tak selesai. Semua yang dapat membantu kita belajar menjadi lebih baik.